Sabtu, 08 November 2014

Hari Pangan Sedunia, Momentum Membangun Kedaulatan Pangan Indonesia



Beberapa pekan yang lalu, bertepatan 16 Oktober dirayakannya hari pangan sedunia. Di mana pada saat itu didirikannya organisasi pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization ( FAO) dan pada saat itulah dunia merayakan momentum keberhasilannya menciptakan sumber pangan bagi umat manusia. Tapi, perayaan tersebut ternyata tidak melulu dinikmati oleh semua orang.

Alasannya pokok adalah karena saat inipun masih ada saja bangsa-bangsa yang dilanda kelaparan, bahkan berada pada garis kemiskinan yang luar biasa. Seperti di negara bagian Afrika Selatan, yang setiap harinya kesulitan mencari sumber makanan. Tak terkecuali negara Indonesia yang “katanya” tanah kita tanah surga di mana semua orang bisa bercocok tanam ternyata tidak sedikit yang mengalami busung lapar.

Tidak sedikit warga negara ini yang tinggal dalam gubuk yang reot, tak layak dan menikmati makanan sehari-hari dari hasil hutan yang tentu saja jauh dari kata lezat seperti apa yang dialami sebagian masyarakat Papua. Adapula yang musti berebut ketika pembagian daging kurban lantaran tidak biasa menikmati makanan yang mahal. Tapi itulah bangsaku, meski sudah 68 tahun merdeka ternyata rakyatnya masih saja belum merdeka, mereka harus tetap berjuang, berperang dari laparnya perut dan hausnya tenggorokan karena sulitnya mencari bahan makanan dan sumber air yang bersih.

Jika menelaah begitu banyaknya sumber pangan di Indonesia, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sepertinya tidak terbatas karena dapat menghasilkan bahan makanan, tidak hanya buminya yang subur akan tetapi sumber daya manusianya yang dapat menghasilkan menu masakan yang diakui tingkat dunia. Sebut saja sate, baso, nasi goreng yang telah merajai lidah-lidah para pelancong bahkan masyarakat mancanegara. Hal ini sebenarnya sebagai basis yang memungkinkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan dari yang bertaraf tradisional sampai yang berkelas internasional.

Tapi apalah daya, meski Indonesia tanahnya luas dan subur, di dalamnya dipenuhi tanaman-tanaman yang bermanfaat untuk semua orang namun ternyata di dalamnya masih banyak masyarakat kita yang merasakan kelaparan, sulitnya menikmati gurihnya nasi beras, lezatnya daging, manisnya buah-buahan dan segarnya susu yang seharusnya dapat dihasilkan dari tanah sendiri. Akan tetapi justru kita hanya bisa menikmati hasil negara lain tanpa bisa menanam, kita hanya bisa membeli tanpa bisa memproduksi. Imbasnya meskipun negara ini dijuluki loh jinawi ternyata tidak berlaku bagi penduduk negeri ini.

Bahan pangan kita peroleh dari import, termasuk hampir semua jenis buah-buahan, sayuran, bahkan beraspun yang dahulunya kita dapat berswasembada saat ini tinggal gigit jari karena sebagian tanah pertaniannya sudah menjadi gedung-gedung bertingkat, berganti mall yang ternyata hanya sekelompok orang saja yang dapat menikmatinya lantaran mahalnya harga-harga pembelian.

Meskipun kita dapat menghasilkan sawit sebagai bahan baku minyak makan, ternyata kitapun menikmati yang kelas dua selebihnya dijual ke negara lain. Laut kita menghasilkan ikan yang berkualitas tapi sebagian besar dijual ke luar negeri sedangkan kita hanya menikmati ikan asin. Sebut saja ikan tuna dengan gizi yang tinggi saat ini menjadi bahan makanan bagi kalangan elit.

Sungguh ironi di negara yang sumber pangannya merupakan separuh dari sumber pangan dunia malah sekarang harus kehilangan mata pencahariannya dan  penghasilannya lantaran tidak mampu menghasilkan bahan makanan dengan kualitas terbaik tapi justru mengandalkan produk import yang terkadang berkualitas rendah tapi mahal harganya.

Memperingati hari pangan sedunia, hakekatnya sebagai momentum agar bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber pangan, paling tidak menjadi pemasok bahan pangan bagi warganya tanpa bergantung dari bangsa lain. Pada hari ini pula, sebagai langkah untuk menciptakan kreasi baru makanan rakyat berkelas dunia.

Hari pangan sedunia hakekatnya membangun kesadaran bangsa ini agar bangun dari mimpi dan beranjak dari tidurnya untuk kembali berbuat terhadap ketersediaan pangan nasional agar tidak ada lagi bagian bangsa ini yang kelaparan dan terkena busung lapar akibat kekurangan gizi dan bahan  makanan yang sehat.

Hari Pangan Sedunia (16 Oktober)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar