Rabu, 28 Mei 2014

Energi Alternatif Tenaga Surya, Kebijakan Mendesak Atas Kelangkaan Energi

Foto penampakan panel surya

Persoalan listrik adalah salah satu masalah yang santer kita bicarakan, yaitu pemadaman listrik yang terus terjadi. Bahkan berdasarkan obrolan masyarakat di sekitar kita tentang sering terjadinya pemadaman listrik, sampai-sampai sebagian penduduk ada yang menyebut PLN  dengan istilah “Byar Pet” karena seringnya pemadaman. 

Pemadaman yang kadang tidak memandang situasi apapun. Apakah konsumennya sedang dalam keadaan terbaring lemah di rumah sakit karena masih dalam proses operasi, orang-orang yang sibuk akan berbuka puasa atau tengah menikmati santap sahur. Dan kekecewaan yang dilontarkan kepada Lembaga BUMN ini disebabkan pelayanan listrik yang kurang bermutu bahkan yang lebih parah lagi ada sebagian masyarakat yang meluapkan kekecewaan hingga berlanjut pada pembakaran Lapas Tanjung Gusta Medan beberapa waktu lalu yang dipicu oleh tersendatnya pasokan listrik. (Harian Andalas, edisi Sabtu, 13 Juli 2013)

Permasalah listrik tidak hanya karena sistem manajemen dan pelayanan, karena jika dilihat dari sisi positifnya PLN setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat dari semakin luasnya jaringan listrik di seluruh Indonesia. Akan tetapi, kebutuhan listrik di Indonesia mengalami pertumbuh yang sangat pesat hingga tahun 2013 ini saja kenaikan kebutuhan listrik hampir mencapai 10%. Hal ini sebagaimana direlease oleh Detikfinance (edisi Selasa, 16 Juni 2013) bahwa PT PLN (Persero) mencatat pertumbuhan pemakaian listrik hingga akhir Mei 2013 sebesar 16,07 Tera Watt hour (TWh) atau tumbuh 9,96 % bila dibanding dengan pemakaian listrik pada Mei 2012 sebesar 14,61 TWh. Hal ini menunjukkan semakin tingginya kebutuhan akan listrik.
Meningkatnya kebutuhan listrik memang cenderung positif. Akan tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan meningkatnya pasokan listrik yang semestinya disediakan oleh PLN. Akibatnya masih banyaknya daerah-daerah yang belum memperoleh pasokan listrik. Andaikan daerah tersebut sudah dialiri listrik, ternyata  masih sering terjadi pemadaman hingga berujung pada kekecewaan konsumen.

Jika kita mau melihat kemajuan kelistrikan di dunia, India dan China ternyata mampu melampaui kemampuan negara lainnya termasuk Amerika Serikat dalam memproduksi sumber daya listrik. Hal ini terlihat dari banyak dibangunnya sumber energi alternatif tenaga surya dan kesuksesan tersebut mengakibatkan kondisi ekonomi kedua negara tersebut semakin meningkat secara signifikan sampai-sampai Presiden Barack Obama memberikan pernyataan yang mengejutkan bahwa dunia telah berubah. Perubahan itu salah satunya terlihat dengan bangkitnya China dan India sebagai kekuatan baru saat Amerika Serikat (AS) masih berjuang keras keluar dari resesi. (Vivanews.com, Edisi Sabtu, 13 Juli 2013)

Fakta ini meski sangat mengejutkan, namun tidak ada kata lain bagi Indonesia untuk mengambil ancang-ancang mengikuti jejak langkah kedua negara tersebut, dengan cara mencari solusi kekurangan listrik sebagai manifestasi tanggung jawab PLN kepada masyarakat luas selaku konsumen yang telah setia membayar tagihan listrik dengan teratur.  

Meskipun demikian, Pemerintah (PLN) sudah berupaya dengan akan melakukan kerjasama dengan PLN Malaysia dengan target 1000 megawatt dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri.  Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah bahan baku energi tersebut menggunakan batubara. Padahal sumber energi tersebut suatu saat akan habis. Sedangkan jika kebutuhan listrik mengalami hambatan karena berhentinya produktifitas listrik dengan bahan baku batubara mengakibatkan kondisi yang akan lebih para di mana terganggu sistem perekomian khususnya dalam bidang industri dan rumah tangga.

Kemudian, bagaimana pemerintah dapat mencari pasokan listrik terbarukan jika sumber energi listrik sendiri mengalami masa  final productivity disebabkan habisnya bahan baku? Salah satu solusinya bagaimana menciptakan sumber energi alternatif dalam hal ini energi listrik tenaga surya PLTS dengan skala besar.

Jika melihat prospek pengembangan energi alternatif ini tentu saja sudah banyak negara-negara asia maupun eropa yang sudah memanfaatkannya dalam bidang industri maupun memenuhi kebutuhan rumah tangga dan fasilitas umum lainnya. 

China telah membangun energi alternatif tersebut berbasis tenaga surya.  Negeri Panda tersebut juga melebarkan sayapnya dengan melakukan investasi di tenaga surya dengan target  produksi listrik hingga 25 Gigawatt (GW) pada 2020 sebagai upaya peningkatan kapasitas dari produksi tahun 2011 yang hanya 2 GW. (Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral).

Lalu bagaimana dengan negara Jepang, India dan negara lain di asia?

Jepang mengembangkan sinar matahari sebagai sumber energi sudah dirintis sejak 30 tahun silam. Tak dipungkiri, tenaga surya yang diubah menjadi listrik digunakan untuk memasok kebutuhan listrik Jepang, termasuk stasiun kereta api, industri, hingga untuk keperluan rumah tangga. Bahkan kabarnya Jepang memiliki separuh dari pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan di dunia.

Saat ini, perkembangan menggunakan sumber surya sangat pesat di Negeri Matahari Terbit. Bahkan, ahli tenaga surya Jepang menemukan sel pembangkit pada panel surya yang lebih tipis ketimbang generasi sebelumnya. Panel tipis yang dihasilkan lewat proses sederhana dengan hasil warna-warni tersebut tetap memiliki kemampuan yang sama dalam menghasilkan energi. (Energy Surya.com)

Jika melihat perkembangan energi di India juga tidak kalah pesat dari China dan Jepang, di mana negara India telah membangun ribuan panel tenaga surya yang mengilap tersebar di daerah yang tandus di negara bagian Gujarat, India sebelah barat, telah menyediakan listrik bagi masyarakat di sana selama hampir setahun.

Taman energi surya terbesar di Asia, dekat desa Charanka, didirikan April tahun lalu oleh lebih dari selusin perusahaan internasional untuk menghasilkan 214 megawatt listrik per hari.

Jika kita melihat literatur dan fakta produktifitas energi di negara tetangga semestinya penggunaan energi terbarukan dengan tenaga surya tidak dapat dianggap sebelah mata karena, pertumbuhan penduduk, infrastruktur, perusahaan serta industri-industri besar terus tumbuh di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan tersebut maka tidak ayal lagi membutuhkan pasokan energi yang lebih besar demi tercukupinya energi nasional.

Melihat fenomena tersebut, semestinya pemerintah segera mencari solusi bagaimana sumber energi tenaga surya tersebut juga dapat dibangun di Indonesia. Tidak hanya sekala kecil namun menyentuh skala besar dengan target penggunaannya tidak hanya rumah tangga, tetapi bernilai ekonomis ke segmen perusahaan besar. Sehingga dengan demikian produktifitas dan keuntungan PLN juga akan semakin meningkat yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan negara dari sektor industri.

Tulisan ini pertama kali dipublikasi di Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar