![]() |
Foto penampakan panel surya |
Persoalan listrik adalah salah satu masalah yang santer kita bicarakan, yaitu pemadaman listrik yang terus terjadi. Bahkan berdasarkan obrolan masyarakat di sekitar kita tentang sering terjadinya pemadaman listrik, sampai-sampai sebagian penduduk ada yang menyebut PLN dengan istilah “Byar Pet” karena seringnya pemadaman.
Pemadaman yang kadang tidak memandang situasi apapun. Apakah
konsumennya sedang dalam keadaan terbaring lemah di rumah sakit karena masih dalam proses operasi, orang-orang yang sibuk akan berbuka
puasa atau tengah menikmati santap sahur. Dan kekecewaan yang dilontarkan kepada
Lembaga BUMN ini disebabkan pelayanan listrik yang kurang bermutu bahkan
yang lebih parah lagi ada sebagian masyarakat yang meluapkan kekecewaan
hingga berlanjut pada pembakaran Lapas Tanjung Gusta Medan beberapa
waktu lalu yang dipicu oleh tersendatnya pasokan listrik. (Harian
Andalas, edisi Sabtu, 13 Juli 2013)
Permasalah listrik tidak hanya karena
sistem manajemen dan pelayanan, karena jika dilihat dari sisi positifnya
PLN setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terlihat
dari semakin luasnya jaringan listrik di seluruh Indonesia. Akan tetapi,
kebutuhan listrik di Indonesia mengalami pertumbuh yang sangat pesat
hingga tahun 2013 ini saja kenaikan kebutuhan listrik hampir mencapai
10%. Hal ini sebagaimana direlease oleh Detikfinance (edisi Selasa, 16
Juni 2013) bahwa PT PLN (Persero) mencatat pertumbuhan pemakaian listrik
hingga akhir Mei 2013 sebesar 16,07 Tera Watt hour (TWh) atau tumbuh
9,96 % bila dibanding dengan pemakaian listrik pada Mei 2012 sebesar
14,61 TWh. Hal ini menunjukkan semakin tingginya kebutuhan akan listrik.
Meningkatnya kebutuhan listrik memang
cenderung positif. Akan tetapi sayangnya tidak diimbangi dengan meningkatnya
pasokan listrik yang semestinya disediakan oleh PLN. Akibatnya masih
banyaknya daerah-daerah yang belum memperoleh pasokan listrik. Andaikan daerah tersebut sudah dialiri listrik, ternyata masih sering terjadi pemadaman hingga berujung pada kekecewaan
konsumen.
Jika kita mau melihat kemajuan
kelistrikan di dunia, India dan China ternyata mampu melampaui kemampuan
negara lainnya termasuk Amerika Serikat dalam memproduksi sumber daya
listrik. Hal ini terlihat dari banyak dibangunnya sumber energi
alternatif tenaga surya dan kesuksesan tersebut mengakibatkan kondisi
ekonomi kedua negara tersebut semakin meningkat secara signifikan
sampai-sampai Presiden Barack Obama memberikan pernyataan yang
mengejutkan bahwa dunia telah berubah. Perubahan itu salah satunya
terlihat dengan bangkitnya China dan India sebagai kekuatan baru saat
Amerika Serikat (AS) masih berjuang keras keluar dari resesi.
(Vivanews.com, Edisi Sabtu, 13 Juli 2013)
Fakta ini meski sangat mengejutkan,
namun tidak ada kata lain bagi Indonesia untuk mengambil ancang-ancang
mengikuti jejak langkah kedua negara tersebut, dengan cara mencari solusi
kekurangan listrik sebagai manifestasi tanggung jawab PLN kepada masyarakat
luas selaku konsumen yang telah setia membayar tagihan listrik dengan
teratur.
Meskipun demikian, Pemerintah (PLN) sudah berupaya dengan akan
melakukan kerjasama dengan PLN Malaysia dengan target 1000 megawatt
dapat memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri. Akan tetapi yang menjadi
permasalahan adalah bahan baku energi tersebut menggunakan batubara. Padahal sumber energi tersebut suatu saat akan habis. Sedangkan jika
kebutuhan listrik mengalami hambatan karena berhentinya produktifitas
listrik dengan bahan baku batubara mengakibatkan kondisi yang akan lebih
para di mana terganggu sistem perekomian khususnya dalam bidang
industri dan rumah tangga.
Kemudian, bagaimana pemerintah dapat mencari pasokan listrik terbarukan jika sumber energi listrik sendiri mengalami masa final productivity disebabkan
habisnya bahan baku? Salah satu solusinya bagaimana menciptakan sumber
energi alternatif dalam hal ini energi listrik tenaga surya PLTS dengan
skala besar.
Jika melihat prospek pengembangan energi
alternatif ini tentu saja sudah banyak negara-negara asia maupun eropa
yang sudah memanfaatkannya dalam bidang industri maupun memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan fasilitas umum lainnya.
China telah membangun
energi alternatif tersebut berbasis tenaga surya. Negeri Panda
tersebut juga melebarkan sayapnya dengan melakukan investasi di tenaga
surya dengan target produksi listrik hingga 25 Gigawatt (GW) pada 2020 sebagai upaya peningkatan kapasitas dari produksi tahun 2011 yang hanya 2 GW. (Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral).
Lalu bagaimana dengan negara Jepang, India dan negara lain di asia?
Jepang mengembangkan sinar matahari
sebagai sumber energi sudah dirintis sejak 30 tahun silam. Tak
dipungkiri, tenaga surya yang diubah menjadi listrik digunakan untuk
memasok kebutuhan listrik Jepang, termasuk stasiun kereta api, industri,
hingga untuk keperluan rumah tangga. Bahkan kabarnya Jepang memiliki
separuh dari pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan di dunia.
Saat ini, perkembangan menggunakan
sumber surya sangat pesat di Negeri Matahari Terbit. Bahkan, ahli tenaga
surya Jepang menemukan sel pembangkit pada panel surya yang lebih tipis
ketimbang generasi sebelumnya. Panel tipis yang dihasilkan lewat proses
sederhana dengan hasil warna-warni tersebut tetap memiliki kemampuan
yang sama dalam menghasilkan energi. (Energy Surya.com)
Jika melihat perkembangan energi di
India juga tidak kalah pesat dari China dan Jepang, di mana negara India
telah membangun ribuan panel tenaga surya yang mengilap tersebar di
daerah yang tandus di negara bagian Gujarat, India sebelah barat, telah
menyediakan listrik bagi masyarakat di sana selama hampir setahun.
Taman energi surya terbesar di Asia,
dekat desa Charanka, didirikan April tahun lalu oleh lebih dari selusin
perusahaan internasional untuk menghasilkan 214 megawatt listrik per
hari.
Jika kita melihat literatur dan fakta
produktifitas energi di negara tetangga semestinya penggunaan energi
terbarukan dengan tenaga surya tidak dapat dianggap sebelah mata karena,
pertumbuhan penduduk, infrastruktur, perusahaan serta industri-industri
besar terus tumbuh di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan tersebut
maka tidak ayal lagi membutuhkan pasokan energi yang lebih besar demi
tercukupinya energi nasional.
Melihat fenomena tersebut, semestinya
pemerintah segera mencari solusi bagaimana sumber energi tenaga surya
tersebut juga dapat dibangun di Indonesia. Tidak hanya sekala kecil namun menyentuh skala besar dengan target penggunaannya tidak hanya rumah tangga,
tetapi bernilai ekonomis ke segmen perusahaan besar. Sehingga
dengan demikian produktifitas dan keuntungan PLN juga akan semakin
meningkat yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan negara
dari sektor industri.
Tulisan ini pertama kali dipublikasi di Kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar