Rabu, 21 Mei 2014

Iklan Terlalu Menghipnotis Masyarakat Indonesia

Setiap hari, atau bahkan setiap detik penonton televisi atau media sosial apapun selalu disuguhkan beraneka ragam model, desain, dan gaya sebuah iklan. Entah iklan minuman, makanan yang relatif murah adapula iklan rumah mewah dengan berbagai tipe dan mobil mewah dengan berbagai merek. Serta model iklan yang setiap hari selalu berubah dan sepertinya begitu indah dan nikmatnya ketika bisa memiliki atau sekedar merasakan walau sekejap saja.

Namun, adakalanya iklan yang justru sama sekali tidak sesuai dengan kondisi aslinya, di mana pemirsa disuguhkan dengan aneka produk dan masing-masing produk saling bersaing ingin mendapatkan simpati bahkan pasar yang sebanyak-banyaknya dengan menjual iklan yang bagi halayak umum amat sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu karena semua iklan dibalut dengan sentuhan keindahan, imagine dan membuat orang-orang tergiur untuk membelinya. Meski adakalanya yang membeli produk tersebut tidak benar-benar mengetahui manfaat, cara menggunakan dan bahaya apabila salah dalam penggunaannya.

Memang, kasus penyalahgunaan suatu produk akibat kesalahan pemakaian lebih sedikit dibandingkan kesalahan karena semata-mata produk yang dibeli tidak seperti apa yang diinginkan. Sebut saja iklan kosmetik, setiap orang menganggap semua kosmetik yang beredar dipasaran sudah sesuai dengan standar kesehatan karena minimnya pengetahuan penggunanya, namun sayang sekali, justru ketidak tahuan konsumen dalam memahami produk dimanfaatkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya yang berdampak banyak konsumen salah memilih bahkan menjadi korban penipuan iklan karena ternyata produk yang dijual mengandung bahan kimia yang berbahaya.

Kondisi ini tidak jarang terjadi di masyarakat, bahkan yang amat lucu seseorang yang membeli kulkas karena tertarik melihat iklan televisi padahal  di rumah belum tersedia fasilitas listrik. Atau orang tua yang membelikan mainan untuk anak-anaknya justru anaknya menjadi korban.
Akan tetapi, kasus di atas hanya sebagian kecil yang tercover akibat kesalahan dari sebuah iklan, bahkan yang lebih fatal lagi seseorang yang terobsesi sebuah produk dari iklan justru berusaha membeli dengan cara yang tidak dibenarkan.

Fenomena ini mungkin sudah dianggap biasa, karena bagi produsen sebuah produk apalagi produk ternama menghendaki sandiwara iklan tersebut dapat menarik simpati yang sebanyak-banyaknya dari konsumen tanpa melihat sisi negatif akibat penayangan iklan yang bisa dianggap berlebih-lebihan. Bahkan sebuah iklan bisa dianggap sebagai racun yang membunuh banyak orang dengan cara membius mereka dengan wajah-wajah yang menarik namun berujung pada sikap konsumerisme yang berlanjut hingga generasi mudanya.

Sebenarnya apa sih penyebab seseorang begitu mudah terpancing atau terperangkap tipu daya iklan? dan mengapa begitu banyak masyarakat yang mudah terhanyut bahkan terperdaya dengan sebuah iklan yang notabene mereka cenderung mendesain sebuah iklan supaya bagaimana sebuah produk terlihat baik dengan desain dan polesan menarik?

Kecenderungan masyarakat dewasa ini memiliki perhatian besar terhadap produk tanpa melihat sisi negatif dan dampak ketika keliru dalam menggunakannya ini disebabkan karena setiap iklan yang ditayangkan cenderung memiliki penampilan yang menghibur dan memikat perhatian konsumen sehingga pelan-pelan sebuah produk menjadi topik yang lebih banyak dicari di media informasi dari pada informasi lainnya.

Gejala lain, karena rata-rata produk yang dijual di pasaran mudah didapat karena hampir setiap outlet bahkan yang lebih kecil di setiap sudut kota terdapat showroom yang siap melayani pembelinya kapanpun mereka membutuhkan.

Selain itu, begitu bebasnya sebuah iklan dapat terbit disebabkan pranata sosial dan undang-undang sedikit sekali memberikan perhatian terhadap iklan yang muncul dengan alasan iklim ekonomi pasar yang memudahkan setiap orang menjual dan memasarkan produknya dengan cara apapun dengan tujuan agar bisa menarik sebanyak-banyaknya pangsa pasar.

Euforia masyarakat di negara berkembang memiliki kecenderungan membeli gambar ketimbang membeli manfaatnya yang sebenarnya justru akan mencerumuskan seseorang lepas kendali dan kehilangan kontrol terhadap budaya konsumerisme.

Masih minimnya sosialisasi pemerintah terhadap resiko penggunaan produk sehingga masyarakat awam cenderung memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang produk-produk yang beredar di masyarakat. Selain itu sanksi terhadap pembuat iklan maupun produsen sebuah produk masih belum menyentuh persoalan yang sebenarnya akan tetapi hanya terbatas sanksi formal ketimbang sanksi sosial di mana pelan-pelan masyarakat akan lebih sadar dan mau meninggalkan produk yang tidak layak jual dengan menggunakan produk yang justru dianggap tidak berkelas akan tetapi minim resiko dan tidak merugikan. (maa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar