Setiap hari, atau bahkan setiap detik
penonton televisi atau media sosial apapun selalu disuguhkan beraneka
ragam model, desain, dan gaya sebuah iklan. Entah iklan minuman, makanan
yang relatif murah adapula iklan rumah mewah dengan berbagai tipe dan
mobil mewah dengan berbagai merek. Serta model iklan yang setiap hari selalu
berubah dan sepertinya begitu indah dan nikmatnya ketika bisa memiliki
atau sekedar merasakan walau sekejap saja.
Namun, adakalanya iklan yang justru sama
sekali tidak sesuai dengan kondisi aslinya, di mana pemirsa disuguhkan
dengan aneka produk dan masing-masing produk saling bersaing ingin
mendapatkan simpati bahkan pasar yang sebanyak-banyaknya dengan menjual
iklan yang bagi halayak umum amat sulit membedakan mana yang asli dan
mana yang palsu karena semua iklan dibalut dengan sentuhan keindahan, imagine
dan membuat orang-orang tergiur untuk membelinya. Meski adakalanya yang
membeli produk tersebut tidak benar-benar mengetahui manfaat, cara
menggunakan dan bahaya apabila salah dalam penggunaannya.
Memang, kasus penyalahgunaan suatu
produk akibat kesalahan pemakaian lebih sedikit dibandingkan kesalahan
karena semata-mata produk yang dibeli tidak seperti apa yang diinginkan.
Sebut saja iklan kosmetik, setiap orang menganggap semua kosmetik yang
beredar dipasaran sudah sesuai dengan standar kesehatan karena minimnya
pengetahuan penggunanya, namun sayang sekali, justru ketidak tahuan
konsumen dalam memahami produk dimanfaatkan untuk mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya yang berdampak banyak konsumen salah memilih
bahkan menjadi korban penipuan iklan karena ternyata produk yang dijual
mengandung bahan kimia yang berbahaya.
Kondisi ini tidak jarang terjadi di
masyarakat, bahkan yang amat lucu seseorang yang membeli kulkas karena
tertarik melihat iklan televisi padahal di rumah belum tersedia
fasilitas listrik. Atau orang tua yang membelikan mainan untuk
anak-anaknya justru anaknya menjadi korban.
Akan tetapi, kasus di atas hanya
sebagian kecil yang tercover akibat kesalahan dari sebuah iklan, bahkan
yang lebih fatal lagi seseorang yang terobsesi sebuah produk dari iklan
justru berusaha membeli dengan cara yang tidak dibenarkan.
Fenomena ini mungkin sudah dianggap
biasa, karena bagi produsen sebuah produk apalagi produk ternama
menghendaki sandiwara iklan tersebut dapat menarik simpati yang
sebanyak-banyaknya dari konsumen tanpa melihat sisi negatif akibat
penayangan iklan yang bisa dianggap berlebih-lebihan. Bahkan sebuah
iklan bisa dianggap sebagai racun yang membunuh banyak orang dengan cara
membius mereka dengan wajah-wajah yang menarik namun berujung pada
sikap konsumerisme yang berlanjut hingga generasi mudanya.
Sebenarnya apa sih penyebab seseorang
begitu mudah terpancing atau terperangkap tipu daya iklan? dan mengapa
begitu banyak masyarakat yang mudah terhanyut bahkan terperdaya dengan
sebuah iklan yang notabene mereka cenderung mendesain sebuah iklan
supaya bagaimana sebuah produk terlihat baik dengan desain dan polesan
menarik?
Kecenderungan masyarakat dewasa ini
memiliki perhatian besar terhadap produk tanpa melihat sisi negatif dan
dampak ketika keliru dalam menggunakannya ini disebabkan karena setiap
iklan yang ditayangkan cenderung memiliki penampilan yang menghibur dan
memikat perhatian konsumen sehingga pelan-pelan sebuah produk menjadi
topik yang lebih banyak dicari di media informasi dari pada informasi
lainnya.
Gejala lain, karena rata-rata produk
yang dijual di pasaran mudah didapat karena hampir setiap outlet bahkan
yang lebih kecil di setiap sudut kota terdapat showroom yang siap
melayani pembelinya kapanpun mereka membutuhkan.
Selain itu, begitu bebasnya sebuah iklan
dapat terbit disebabkan pranata sosial dan undang-undang sedikit sekali
memberikan perhatian terhadap iklan yang muncul dengan alasan iklim
ekonomi pasar yang memudahkan setiap orang menjual dan memasarkan
produknya dengan cara apapun dengan tujuan agar bisa menarik
sebanyak-banyaknya pangsa pasar.
Euforia masyarakat di negara berkembang
memiliki kecenderungan membeli gambar ketimbang membeli manfaatnya yang
sebenarnya justru akan mencerumuskan seseorang lepas kendali dan
kehilangan kontrol terhadap budaya konsumerisme.
Masih minimnya sosialisasi pemerintah
terhadap resiko penggunaan produk sehingga masyarakat awam cenderung
memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang produk-produk yang
beredar di masyarakat. Selain itu sanksi terhadap pembuat iklan maupun
produsen sebuah produk masih belum menyentuh persoalan yang sebenarnya
akan tetapi hanya terbatas sanksi formal ketimbang sanksi sosial di mana
pelan-pelan masyarakat akan lebih sadar dan mau meninggalkan produk
yang tidak layak jual dengan menggunakan produk yang justru dianggap
tidak berkelas akan tetapi minim resiko dan tidak merugikan. (maa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar